Pepatah
Arab kuno mengatakan bahwa waktu
itu seperti pedang. Jika dimanfaatkan dengan baik maka dapat memberikan
keuntungan. Namun sebaliknya, apabila kita tak dapat memanfaatkan, maka pedang
itu akan melukai kita. Begitu pula dengan masa muda kita, apabila kita tidak
memanfaatkan dengan baik, maka kita akan merugi belakangan. Begitu pentingnya
pemanfaatan waktu ketika masih muda, sampai Islam selalu mewanti-wanti lima
perkara sebelum datangnya lima, salah satunya adalah masa muda sebelum masa
tua.
Sebagai seorang pemimpi, saya sudah
berimajinasi melaksanakan ibadah haji sejak tahun 2012, ketika masih menjadi
santri asrama Rumah Kepemimpinan (RK). Tentu, materi visualisasi mimpi sangat
mempengaruhi pola pikir saya sampai sekarang. Kalau kata Walt Disney, if you
can dream it, you can reach it! Itulah kekuatan mimpi. The future belongs to
those who believe in their dreams!
Banyak alasan yang membuat saya ingin
mencapai target mimpi haji muda. Alhamdulillah, Allah memberikan kemudahan
untuk memenuhi panggilannya di tahun 2017 sehingga alasan-alasan tersebut
akhirnya terkonfirmasi. Bagi saya, setidaknya ada Lima alasan utama kenapa kita
harus mengupayakan berhaji muda secepatnya.
Misteri
Masa Depan, Siapa Tahu?
Pepatah bijak mengatakan “If yesterday is
history, tomorrow is mystery, then today is a gift. That’s why we call it
present”. Allah sungguh maha baik. Berkat nikmat-Nya, saat ini kita masih sehat
wal afiat, dapat bernafas dan browsing internet, serta membaca artikel ini. Esok
hari adalah misteri, siapa yang tahu? Walaupun hari ini kita sehat bugar, siapa
tahu besok kita sudah dipanggil oleh Allah melalui kejadian ga disangka-sangka,
terpleset kulit pisang di depan pintu rumah misalnya. Who knows? Bisa jadi sekarang
kita bersemangat untuk mengerjakan haji muda, siapa tau beberapa tahun ke depan
Allah mencabut nikmat tersebut? Sungguh, misteri esok hari tak akan pernah ada
yang mengetahui kecuali Allah. So, yuk persiapkan haji mumpung masih bisa! Apalagi
yang sudah mampu (secara fisik dan finansial).
Aktivitas
Haji Butuh Kekuatan Fisik & Mental
Apakah teman-teman pernah membayangkan
betapa beratnya (secara fisik) pelaksanaan ibadah haji? Coba deh, sekali-kali
iseng bukalah Youtube tentang aktivitas haji, dijamin bikin merinding. Saya
kasih pandangan deh. Rangkaian Ibadah haji itu sekitar 6 hari penuh dengan
perjuangan keringat. Mulai dari mabit di Mina pada hari Tarwiyah (8
Dzulhijjah), wukuf di Arafah kemudian bermalam di Muzdalifah (9 Dzulhijjah),
keesokan harinya kembali ke Mina untuk jumrotul aqobah (10 Dzulhijjah).
Kemudian, masih harus bermalam di Mina pada hari Tasyrik, serta kegiatan lain
seperti Thawaf Ifadhah, Sai, dan Thawaf Wada’.
Seriusan
lho, ga akan pernah kebayang capeknya kalau tidak melaksanakan langsung.
Sekedar informasi, setiap selesai sholat lima waktu, Imam masjidil haram selalu
memimpin sholat jenazah. Iseng-iseng saya mengambil posisi sholat di dekat tempat jenazah, tidak kurang dari lima (bahkan
belasan) jenazah setiap sholat. Kalau diakumulasi, sehari bisa puluhan jamaah
haji meninggal lho! Tim haji saya dari UK yang usianya tergolong muda, lebih
dari 50% tumbang, sakit! Gemuruh batuk sahut-menyahut bak orchestra operet
selalu terdengar dalam heningnya sholat 5 waktu di Masjidil Haram maupun Masjid
Nabawi. Masih berfikir berhaji menunggu renta?
Kompleksitas
Haji Butuh Kecerdasan Otak Lho!
Serius,
Ilmu Haji itu kompleks banget lho! Saya masih ingat pelajaran Fiqih ketika
masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah (setara dengan SD), memang cukup
rumit dan butuh kapasitas otak yang mumpuni. Pelajaran tentang syarat dan rukun
serta amalan-amalan yang luar biasa holistic. Terkait dengan haji muda, coba
kita berfikir sejenak. Kinerja otak manusia tentunya semakin tua akan mengalami
penyusutan kapasitas dalam kemampuan beroprasi. Jadi, semakin tua, semakin
tidak berfungsi dengan baik pula otak kita. Ketika di lapangan, saya sempat
berdiskusi dengan beberapa tim pembimbing manasik haji dari Indonesia. Mayoritas
jamaah Indonesia tergolong berumur. Bahkan, walaupun sudah rutin mengadakan manasik
haji, masih banyak yang belum faham ketika terjun di lapangan. Oleh sebab itu
KBIH sangat dibutuhkan. Parahnya, masih banyak orang yang belum faham itu tidak
sadar kalau dirinya masih jauh dari kata faham. Sehingga tipe orang ini
beribadah seenaknya sendiri. Padahal menurut pengalaman saya, pelaksanaan
ibadah haji akan lebih enak dilaksanakan dalam kelompok kecil beberapa orang.
Supaya lebih nyaman ketika thawaf, sai, dll.
Semakin
Dini Fokus Berhaji, Semakin Matang Atur Strategi
Sungguh, pengaruh training MHMMD ketika
saya menjadi santri Rumah Kepemimpinan beberapa tahun silam masih melekat kuat
dalam keseharian. Salah satunya dalam merencanakan rencana yang strategis.
Ibarat naik kapal, sampailah sebelum berlayar sebagaimana prinsip suku Bugis.
Itulah yang membuat mereka jadi pelaut yang tangguh dan strategis.
Sebagaimana pembuka artikel ini, saya
sudah bermimpi ingin berhaji muda sejak tahun 2012. Tentu sudah banyak strategi
yang saya fikirkan untuk mencapai salah satu milestone tersebut. Walaupun
banyak kendala, tak akan patah semangat karena tekad sudah bulat. Mulai dari
biaya yang tak murah, sampai waktu tunggu yang tak sebentar. Ketika masih duduk
di bangku kuliah (undergraduate di ITS), saya selalu mencari strategi bagaimana
supaya dapat ke tanah suci gratis. Misalnya melalui konferensi pelajar
internasional di Timur Tengah atau program pertukaran pemuda. Namun sampai
lulus (tahun 2013), target itu belum tercapai. Akhirnya, sambil bekerja sebagai
konsultan Jepang (2014) dan dilanjutkan menjadi Pengajar Muda (2015), akhirnya
menjelang quarter ketiga 2015 dana sudah terkumpul dan (insyaallah) cukup untuk
dipakai umroh. Namun, dua tahun lalu saya masih harus mempersiapkan studi
lanjut saya di Inggris dengan modal yang tak sedikit. Walaupun akhirnya dapat
beasiswa [LPDP] toh untuk persiapan ke sana butuh dana, mulai dari kursus
Bahasa sampai tes IELTS, mengurus berkas-berkas beasiswa dan pendaftaran
kampus, serta apply VISA dan asuransi kesehatan di Kedubes Britania Raya. Yah,
tabungan semakin menipis saudara-saudara hahahaha! Beruntunglah bagi kalian
yang terpanggil dan memang [sudah ditakdirkan] jadi orang mampu dari sononya!
Hahahahaa.
Untungnya, Allah benar-benar sesuai
prasangka hamba-Nya. Entah bagaimana prosesnya namun saya selalu yakin bahwa semesta
akan selalu mendukung apapun keinginan kita. Alhamdulillah, akhirnya berangkat
juga 2017! Pastikan kamu juga sudah membulatkan tekad serta mengatur plot kisah
ajaibmu ya! Percayalah, Allah pasti memampukan orang-orang yang terpanggil.
Rindu
Baitullah, Sebuah Panggilan yang Tak Mengenal Usia
“Dan serulah kepada manusia untuk
mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan
mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (Q.S.
Al-Hajj: 27).
Allah pun sudah menjelaskan dalam
undangannya dengan gamblang dalam Q.S Al-Hajj ya! Ga ada tuh, saya menemukan
satu ayatpun haji harus menunggu tua! Bagi saya, setiap manusia memunyai zona
waktunya masing-masing dengan berbagai variable, spiritual journey salah
satunya. Mayoritas jamaah haji Indonesia memang yang sudah berumur, tapi apakah
itu mau kamu jadikan patokan bahwa berhaji harus nunggu tua? Kalau dari muda
uda ngebet berhaji, terus mau gimana? Lagian, kalau misal kita berkesempatan
berhaji sejak dini, kenapa ditunda? Alhamdulillah, circle pertemanan saya
banyak sekali sudah ngebet berhaji sejak masih kuliah. Bahkan sudah menyiapkan
tabungan mulai dari sekarang. Bagi saya ini merupakan bukti nyata bahwa
panggilan memang tak mengenal usia.
KESIMPULAN
Setiap manusia punya nilai yang
mereka pegang sebagai tolak ukur kehidupan. Nilai itu ibarat penggaris dengan
berbagai macam variabelnya. Bagi yang memakai penggaris logika, maka akan
menjadi budak logika, begitu pula dengan penggaris lainnya; missal budaya,
masyarakat dll. Apabila pembaca memakai penggaris dengan tolak ukur agama, ya
silahkan pakai penggarismu secara kaffah ya! Sungguh kedudukan seorang pemuda
itu benar-benar istimewa dalam Islam. Karena masa muda itu masa yang sempurna
dengan kekuatan fisik, mental, dan otak yang paling optimal. Sungguh masa muda
itu nikmat yang luar biasa! Oleh karenanya [bagi saya] tidak alasan untuk
menunda-nunda melaksanakan panggilan-Nya dan merencanakannya sejak dini.
Terkait hasil, apakah nanti akhirnya Allah menghendaki kita berkunjung ke
rumah-Nya atau nggak, urusan lain. Setidaknya kita sudah pasang kuda-kuda sejak
dini. Itu juga bernilai ibadah lho, menghabiskan masa muda dengan sesuatu amal
kebaikan. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan bergesar kaki seorang manusia dari
sisi Allah, pada hari kiamat, sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban)
tentang lima (perkara): tentang umurnya untuk apa dihabiskannya, masa
mudanya digunakan untuk apa, hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan,
serta bagaimana di mengamalkan ilmunya (HR at-Tirmidzi No. 2416)
Mecca,
14 Dzulhijjah 1439 H
Bismillah :)
ReplyDeleteFaktor ekonomi yang menjadi penentu melaksanakan ibadah haji di usia muda...
ReplyDelete