Chapter #1: Kampung
Inggris Undercover
Kuarter pertama
2016, tepatnya Januari sampai Maret, saya habiskan untuk menempah diri di
Kampung Inggris, Pare. Selama 3 bulan itu, saya habiskan bulan pertama untuk
study group persiapan tes IELTS, bulan kedua saya off untuk focus real test
IELTS (International English Language Testing System, red) di Surabaya sambil
menyiapkan persyaratan pendaftaran kampus impian serta mengikuti mentoring
mingguan bersama ASEAN Youth Centre bekerjasama dengan AMINEF Education USA,
bulan ketiga saya kembali ke Pare untuk menjadi tim hore di TEST-English School, salah satu tempat kursus yang hits dan kekinian.
Ada 2 pelajaran utama yang saya dapatkan:
#1. In Learning You
Will Teach, In Teaching You Will Learn.
Kali ini saya
mengamini kalimat Om Phil Collins kalau belajar dan mengajar itu merupakan satu
kesatuan yang utuh. Belajar bersama dan saling mengajari itu salah satu kunci
efektif menyerap ilmu baru. Mendapat kesempatan emas untuk belajar mengajar
sebagai tutor Bahasa Inggris. “Hey Han, who are you? Les Bahasa Inggris aja
nggak pernah, sekali ke Pare, abis belajar bentar terus sok-sokan jadi tutor
gitu?” Hmmm… kalau selalu mendengarkan bisikan-bisikan negatif pastinya
menghambat neuron bekerja optimal. Dan YEAY! I did it! Walaupun cuman sebentar,
saya menikmati jadi tutor dengan waktu istirahat yang sangat minim karena sibuk
menyiapkan materi ajar kepada para siswa di kelas. Tapi guys, dengan persiapan
itu, jujur, lebih ngena belajarnya! Seperti ada beban moral aja, lha kalau
tutornya ga menguasai utuh, gimana ngajarnya?
#2. IELTS, Conquer
From Within
Kata
orang sih, IELTS tidak hanya tentang bagaimana kita menjawab soal, namun juga
manajemen waktu dan strategi setiap tipe soal. Inget, SETIAP TIPE SOAL! IELTS
berbeda dengan TOEFL, terdapat 4 sesi berbeda; listening, reading, writing, dan
speaking. Namun bagi saya, segala bentuk tes tidak dapat dipisahkan dari
ketenangan hati. Salah satunya bisa didapat dari kedekatan kita dengan Tuhan.
Saya sengaja mengatur agenda untuk benar-benar OFF dari semua aktivitas selama
2 minggu sebelum tes IELTS dan 1 minggu pasca tes. Selama 2 minggu itu, saya
menghibahkan diri saya menjadi asisten marbot di salah satu masjid di Surabaya,
detoksifikasi dari segala urusan duniawi. Poin saya adalah, silahkan
teman-teman mencari cara untuk menenangkan kalbu sebelum menghadapi tes ya!
Sebagai muslim, saya sepenuhnya percaya kalau dunia akan mengikuti kita kalau
orientasi kita akhirat kok! Alhamdulillah, hasil tes IELTS pertama saya cukup
memuaskan. Walaupun nilainya belum maksimal, setidaknya cukup untuk mendaftar
kampus impian! YEAY!
“Barang siapa yang
menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan
barang siapa yang menghendaki di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari
keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagia pun di dunia.” (QS.
Asy-Syura: 20).
Chapter #2: Dapur
Indonesia Mengajar
Alhamdulillah (lagi
dan lagi), saya mendapat kesempatan menjadi tim training intensif pelatihan
calon pengajar muda. Fase ini sekitar 3 bulan mulai dari April sampai Juni
2016. Alasan utama gabung simpel, sampai sekarang saya masih amaze dengan
pertumbuhan yayasan Gerakan Indonesia Mengajar yang mampu merubah mindset para pemuda terbaik
bangsa untuk turun tangan, meng-upgrade istilah relawan jadi mantu idaman! #eea Walaupun pernah tergabung menjadi Pengajar Muda
VIII (April 2014 sampai Juli 2015) rasanya belum lengkap kalau belum mengintip
dapur IM lebih dalam. 2 pelajaran utama;
#3. Coaching is
unlocking a person’s potential to maximise their growth
Catch a man a fish,
feed him for a day. Teach him how to fish and feed him for life. Saya selalu
suka dengan pribahasa itu. Saya percaya bahwa mengajari cara memancing itu jauh
lebih baik daripada hanya sekedar memberi ikan. Begitupun dalam membantu orang
lain, daripada langsung memberi solusi, akan lebih baik lagi kalau kita
menggali lebih dalam dan melejitkan potensi orang tersebut. Salah satunya
adalah dengan teknik Coaching & Facilitating. Nah, di Indonesia Mengajar,
coaching & fasilitasi adalah skill dasar yang harus dikuasai oleh setiap
Pengajar Muda untuk mengoptimalkan dampak perubahan positif ketika bertugas di
daerah penempatan. Sebagai tim fasilitator, tentunya dituntut dapat
mengaplikasikan skill kepemimpinan tersebut untuk mengoptimalkan potensi 42
Calon Pengajar Muda (CPM) XII. Menarik! Menantang! Begitu pula dengan para CPM,
harus dapat mengaplikasikannya di penempartan masing-masing :p
#4. There is nothing
certain, but the uncertain.
“Uncertainty and
misteries are the energies of life. Don’t let them scare you unduly, for they
keep boredom at bay and spark creativity,” R.I Fitzhenry
Selama menjadi tim
training IM, hidup berasa roller coaster! Selalu ada tantangan yang memicu
adrenalin! Setiap saat! Menghandle 42 CPM terpilih dengan berbagai karakter dan
keunikan masing-masing, menghubungi pemateri dan menyiapkan materi yang akan
disampaikan, mengatur jadwal dari pagi jam 5 shubuh sampai malam jam 11, selama
2 bulan full, sampai urusan logistic! Salah satu turning point ketidakpastian
yang paling random adalah penambahan daerah penempatan IM 2.0 angkatan genap di
Papua Barat. Banyak drama yang terjadi baik di dalam internal tim training
maupun para CPM. Untungnya, tim training yang solid dan dewasa dalam menyikapi
perubahan dapat menghandel semuanya. Kalau kata Om John Finley “Maturity is the
capacity to endure uncertainty”. Ketidakpastian itu menyenangkan! YEAY!
Chapter #3: Cikal
Nagari
Setelah hidup dalam
jet coaster IM, fase berikutnya adalah fase di mana salah satu doa dikabulkan,
yaitu mendapat beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) untuk
melanjutkan studi master di luar negeri. Oia, Cikal Nagari itu keluarga besar
Persiapan Keberangkatan (PK) 71 LPDP. Selama persiapan, 2 pelajaran utama yang
saya dapatkan:
#5. Luck is a matter
of Preparation meeting Opportunity
Banyak teman-teman
yang menanyakan, bagaimana ceritanya kok tiba-tiba sudah dapat LPDP, dapat
kelompok PK, bahkan uda mau berangkat aja ke luar negeri, padahal kan saya
selama ini disibukkan dengan kegiatan sosial dan kerelawanan? Guys, mendadak
saya teringat pepatah Bugis kuno yang seringkali diucapkan oleh Bunda Marwah
Daud Ibrahim, MHMMD Mengelolah Hidup Merencanakan Masa Depan, “Tiba, Sebelum
Berlayar”. Ternyata mimpi itu butuh direncanakan sebelum nantinya
diperjuangkan, sebagaimana mimpi saya untuk lanjut studi. Ketika persiapan
sudah matang, kemudian kesempatan datang, VOILA! Selamat memanen usaha dan
kesabaran. So, persiapan harus matang dari awal seperti kata om Alexander
Graham bell “Before anything else, preparation is the key of success”. Timeline
persiapan studi saya;
1. Januari : Study
Group IELTS, Kampung Inggris
2. February : tes IELTS
di British Council, Surabaya
3. Maret : Mendaftar
kampus impian dan melengkapi berkas beasiswa
4. April : Mendaftar
beasiswa LPDP Batch 2 2016
5. Mei : Tes Substansi
LPDP
6. Juni : Pengumuman
lolos beasiswa, mengurus VISA
7. Juli : Persiapan
Keberangkatan (PK) 71 LPDP
8. Agustus : Hallo, UK!
FYI, terlepas dari
kasus Bunda Marwah Daud, beliau adalah salah satu orang yang berjasa dalam
hidup saya mempersiapkan masa depan melalui MHMMD.
Chapter #4: Kampus
rasa Hogwarts!
30 Agustus 2016,
akhirnya nasib membawa saya ke Glasgow, UK, untuk melanjutkan studi di
University of Glasgow, mengambil program Creative Industry & Cultural
Policy. Selama satu semester, tentunya banyak sekali pelajaran tinggal di UK.
Namun 2 hal paling penting:
#6. Learning Is a
process, not an event. Never stop learning because life is never stop teaching.
Atmosfir
belajar di luar negeri, khususnya di UK, sangat berbeda dengan undergraduate
saya di Indonesia. Beberapa highlight adalah fasilitas umum pembelajaran
seperti perpustakaan kampus, perpustakaan kota, museum-museum, sampai kantin
dan kafe pun sangat mendukung proses pembelajaran. Koleksi literasi yang
lengkap, budaya membaca sejak dini, tempat belajar dan diskusi yang nyaman,
budaya berfikir kritis dan terbuka, serta student learning centre! Bahkan
segedhe apapun perpus kampus, akan tetap kewalahan menampung mahasiswanya,
apalagi di musim ujian. Hal yang menyenangkan selama proses belajar mengajar,
mahasiswa diberikan reading list sekitar 3-7 jurnal internasyenel setiap mata
pelajaran sebelum kelas. Bayangin kalau seminggu ada 4 mata pelajaran, tinggal
dikalikan jurnal bacaannya hehe. Kemudian berdiskusi terbuka selama pelajaran
berlangsung, memberikan kesempatan setiap mahasiswa untuk berbicara dan tidak
memaksakan kesimpulan. Setiap pelajar harus membangun pengertian dan kesimpulan
sendiri. So, sebagai pelajar internasyenal yang Bahasa Inggrisnya masih
abal-abal, tentunya harus belajar cerdas dan kerja ekstra keras! Because
once you stop learning, you start dying, kata Om Albert Instein.
"Barang siapa
menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki
ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah
ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya,
wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR. Bukhari dan Muslim)
#7. Your Attitude is
like a price tag, It Shows how valuable you are!
Belajar di luar
negeri juga menantang kita untuk mampu menepatkan diri, baik itu bergaul dengan
teman sesama pelajar dari Indonesia maupun mancanegara. Menurut saya, challenge
terbesar adalah attitude! Sekecil apapun langkah kita, bisa jadi membawa
persepsi bagi orang sekitar yang melihatnya. Karena kita sebagai representasi
Indonesia. Selain itu, bagaimana sikap kita dengan teman-teman kita yang masih
berjuang untuk mendapatkan beasiswa, mengejar kampus impian, mengejar nilai
IELTS, dan orang-orang yang selalu mendukung kita juga harus tetap dijaga.
Attitude adalah segalanya :)
“Two things define you: Your patience when you have
nothing, and your attitude when you have everything”
Comments
Post a Comment