“Hei Manusia Harimau, janganlah cacak belagak.
Kawe masok ke daerah kekuasaan kami,” bentak Laura, Ratu Ular.
“Siape pule cacak
belagak. Nai duluni utan Sumatera la terkenal ngan himau. Kamilah penguasa
daerah di sini,” jawab Edo, Manusia Harimau.
“Dekde. Kata siape
dengan? Kami la tinggal di utan ini sejak ratusan tahun silam. Kalu urusan ini
dekde pacak diselesaikan ngan baik-baik, jangan salahkan kami mon nyerang
dengan, wahai manusia harimau,” jelas Laura, Ratu Ular. Kemudian dia mengibaskan
ekornya ke tanah. Keluarlah dua siluman ular bersaudara yang sudah melegenda.
Okti, Siluman Ular Putih, dan adiknya, Ina, Siluman Ular Hijau.
“Siape takut!
Manusia Harimau dekde kan pernah mbunyikan cakar ngan taring!” balas Edo, Manusia
Harimau. Tidak mau kalah dengan Ratu Ular, Edo pun menghentakkan kakinya ke
tanah tiga kali. Disertai dengan aungan harimau yang menggelegar sampai seluruh
pelosok hutan, muncul pula beberapa siluman. Ari, Siluman Naga Merah, dan
Sadianto, Siluman Lutung Buntung.
Pertempuran antara
bala tentara Laura si Ratu Ular dan Edo Manusia Harimau pun tak dapat
terelakkan. Kedua kubu sudah memasang kuda-kuda untuk berkelahi. Tetapi suasana
mendadak hening ketika sekuntum bunga matahari muncul di medan pertempuran. Kemudian
Bunga itu menjelma menjadi seorang putri yang cantik jelita bak bidadari dari
surga.
“Oi pedengan, behadulah!
Jangan sampai permusuhan pedengan ini merusak lingkungan utan yang selame ini
kami jage,” kata Yaya, si Putri Bunga Matahari. “Aku adalah Putri Bunga Matahari,
penguasa hutan di Sumatera Selatan yang sebenahnye.” Lanjut Yaya sambil
melakukan tarian bunga matahari. Dia tak melakukannya sendiri. Putri cantik itu
ditemani oleh kedua pengawalnya. Nadia, Putri Mentimun, dan Siska, Putri Buncis.
Setelah menampilkan
tarian yang indah, Yaya, Putri Bunga Matahari menjelaskan bahwa mereka semua
dapat hidup rukun berdampingan. “Sebagai penguasa utan, saya kan membagi
wilayah untuk pedengan! Engke pedengan dekde belage ngan merusak lingkungan,”
ungkap Yaya. “Tentunya saya kan membagi dengan adil, sesuai ngan kemampuan
pedengan. Putri Mentimun ngan Putri Buncis, tulong enggauhkan Pangeran I
Love You ngan Pangeran Kartu As,” lanjut Yaya.
Kemudian muncullah
dua sosok pangeran tampan dari balik semak belukar. Wanto, Pangeran I Love
You, terdapat gambar hati di pipi kanan-kirinya. Engky, Pangeran Kartu As, pembawa
kartu remi dan terdapat tulisan *888# di keningnya. Pangeran I Love You
bertugas untuk menebarkan cinta kepada seluruh penghuni hutan supaya tidak ada
pertikaian. Namun, dia harus memeluk targetnya supaya benih cinta itu dapat
bersemai. Spontan, medan pertempuran pun buyar. Mereka semua lari ketakutan
karena pelukan Pangeran I Love You.
Sedangkan Engky, Pangeran
Kartu As, dia adalah simbol kecerdasan. “Untuk mendapatkan wilayah tertentu,
pedengan haros menjawab pertanyaanku,” jelas Pangeran Kartu As singkat. Kemudian
ia mengeluarkan beberapa kartu dari sakunya. Tanpa intruksi, tentara Siluman
Ular dan Manusia Harimau duduk rapi.
“Himau temasuk hewan
karnivora. Ape die artinye?” tanya Engky, Pangeran Kartu As. “Binatang pemakan
dageng,” jawab Laura, Ratu Ular, cepat. “Oi, ujinye Manusia Harimau, ngape dek
tau kalu himau itu binatang karnivora,” ejek Ratu Ular.
“Ngape ulah masok
dalam kategori reptil?” lanjut Pangeran Kartu As. “Reptil adalah binatang
melata. Ulah begerak ngan pehutnye, melata, menempel ke tanah.” Jawab Laura,
Ratu Ular dengan penuh percaya diri. Hal ini membuat tim Manusia Harimau
semakin bengis karena kalah cepat dalam menjawab pertanyaan.
“Pertanyaan
berikutnye, akan diperagakan oleh Raja Joker,” lanjut Pangeran Kartu As.
Kemudian keluarlah Juni, Si Raja Joker. Dia memperagakan berbagai macam gerakan
pantomim sederhana. Dia mencoba menyampaikan sebuah pesan. “Saya tau, itu
adalah proses fotosintesis. Proses pembuatan makanan diwek leh tanaman ijau ngan
bantuan sinar mateahi,” jawab Ari, Siluman Naga Merah dari aliansi Manusia
Harimau. “Benah nian!” jawab Raja Joker.
Pertanyaan demi
pertanyaan pun dilontarkan oleh Pangeran Kartu As. Sampai akhirnya, terbagilah
daerah yang sesuai untuk habitat Siluman Ular dan Manusia Harimau. Walau
prosesnya berjalan panas, namun akhirnya mereka dapat menjadi teman. Mereka
hidup saling berdampingan, di pedalaman hutan Sumatera Selatan.
***
Adegan di atas
bukanlah adengan sinteron layar kaca. Adegan tersebut merupakan spontanitas
anak-anak SD Negeri 10 Rambang kelas jauh, di Talang (1)* Airguci, Desa
Sugihan, Kecamatan Rambang, Muara Enim. Adegan itu tanpa naskah skripsi.
Benar-benar spontanitas! Setelah wajah mereka saya hias dengan seni face
painting sederhana, kemudian mereka membuat assesoris dari alam. Beberapa
ada yang membuat mahkota dari dedaunan, ada pula yang membuat tanduk dari
ranting kering di dalam hutan. Setelah make up wajah dan assesoris siap,
mereka pun membuat teatrikal sendiri. Tanpa intruksi!
Setelah kuis perebutan
kekuasaan itu selesai, mereka semua memakan ibat, bekal makanan yang sudah mereka
siapkan dari rumah. Kami makan bersama, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Yah,
Namanya juga anak-anak. Setelah bertengkar, dengan cepat mereka baikan.
Kemudian saya
mengumumkan pemeran terbaik dari teatrikal tadi. Jujur, ide pemberian award
ini pun spontan, secepat mereka untuk membuat teatrikal. “Hmm... kegale anak
nunjokkan penampelan yang belagak! Ringkeh nian! Tapi, nei kegale yang ringkeh
pasti ade yang paling ringkeh. Kali ini, bapak mileh Wanto, Pangeran I Love
You, sebagai pemeran paling ringkeh,” ungkapku disertai tepuk tangan meria
anak-anak.
“Pak, wanto kemaluan
Pak,!” teriak Engki, Pangeran Kartu As. “La ngape Wanto kemaluan? teringkeh
ngape kemaluan?,” tanyaku balik. “Sisok aku dekde jadi lagi Pangeran I Love
You ye Pak. Kemaluan, ade gambah ati di kebual, lok betine,” Jawab wanto,
Pangeran I Love You.
Hahahahaaa...
anak-anak ini sungguh lucu sekali. Wanto malu karena terdapat gambar hati
berwarna merah di pipi, katanya seperti anak perempuan. Saya tertawa geli.
Padahal dia sendiri yang meminta untuk digambar di pipinya. Ya, begitulah anak
didik saya di pedalaman hutan Sumatera Selatan ini, seringkali gagal fokus.
Sejujurnya, Wanto
bukanlah pemeran terbaik. Saya memberikan reward ini karena melihat kemajuan
mentalnya yang luar biasa. Dia anak yang pemalu di kelas. Seringkali bersembunyi
di balik pintu maupun di dalam lemari. Namun, dalam teatrikal ini, dia berani
tampil menjadi Pangeran I Love You, pangeran yang menebarkan benih cinta
ke semua makhluk di hutan ini. Sebutan Pangeran I Love You melegenda untuk
Wanto. Dia bahagia. Salut!
***
Tak pernah kusangka,
agenda akhir pekan kami ini begitu menyenangkan. Dan bagi saya pribadi,
spontanitas ini mungkin tak kan terlupakan. Hanya berbekal ibat, yakni bekal
makanan dari rumah, dan juga krayon khusus face painting sederhana, kami
melakukan perjalanan keliling hutan. Awalnya, tujuan kami hanya jalan-jalan
keliling blok(2)*, sebutan untuk wilayah bekas pengeboran minyak bumi oleh
salah satu BUMN terkemuka di tempat kami.
Bahkan, agenda ini
juga merupakan usulan anak didik saya, Kelas Galaksi Bima Sakti (3)*.
Kebetulan, beberapa minggu terakhir, anak didik saya cukup penat dengan hafalan
Al-quran, surat-surat pendek. Awalnya cukup kaget, ketika mengetahui fakta
delapan anak ajaib kelas galaksi bima sakti ini ada yang belum dapat membaca Iqro’
dengan baik. Mereka juga sama sekali tidak tahu hafalan surat-suratan pendek,
apalagi bacaan sholat fardlu. Miris. Padahal semua penduduknya beragama Islam.
Mengetahui hal itu,
saya mulai menggalakkan program hafalan surat-surat pendek. Minimal untuk
delapan anak didik kelas saya mengajar. Memang tidak mudah, namun saya yakin mereka
pasti bisa. Untuk menyemangati mereka, saya membuat tiga checkpoint
hafalan. Checkpoint pertama adalah hafalan Surat An-Nas, Al-Falaq,
sampai Al-Ikhlas. Checkpoint berikutnya ditambah Surat Al-Lahab,
An-Nasr, Al-Kafirun, dan Al-Kautsar. Checkpoint terakhir
adalah tambahan untuk Surat Al-Maun, Al-Quraisy, Al-Fiil, Al-Humazah, dan
Al-Asr. Setiap melewati checkpoint, saya berjanji akan memberikan
reward kepada mereka semua. Walaupun, jujur, saya juga masih belum tahu
akan memberikan apa kepada mereka. Dalam fikiran saya, asal mereka bahagia dan
semangat belajar.
“Pak, lok mane kalu
kite hiking ke Blok bae kalu hapalannye la udem sampai Qul-hu
(Sebutan untuk Surat Al-Ikhlas),” usul Wanto, Pangeran I Love You.
Ternyata tanggapan ini mendapat respon positif dari teman-temannya. “Ao Pak.
Kakgi kalu la udem hapal sampai Al-Kautsar, kite hiking ke Kijang (4)*,”
sahut Ari, Siluman Naga Merah. “Mangke, kalu la hapal sampai Wal-Ashri
(Sebutan untuk Surat Al-Asr) kite hiking pule ke Harimau Delapan atau
Harimau Tige (5)*,” usul Edo, Manusia Harimau, tak mau kalah dengan Ari dan
Wanto.
Sampai tulisan ini
saya buat, anak didikku sudah mencapai hafalan melebihi checkpoint kedua, yaitu
Surat Al-Quraisy. Padahal, ketika awal latihan menghafal, mereka selalu
mengeluh. Melihat progres otak mereka yang brilian, saya berfikir lagi untuk
meningkatkan target. Selain hafal surat-suratan pendek, mereka juga harus hafal
lafal bacaan sholat fardlu. Bukan tanpa alasan, mempelajari dasar agama lewat
sholat dan hafalan kecil merupakan tiang agama Islam, agama yang dianut semua
masyarakat di talang Airguci.
Alhamdulillah,
terimakasih Ya Allah. Untuk saat ini, adakah ada hal yang lebih menyenangkan
dibandingkan menyaksikan anak didikku semangat belajar seperti ini? Apalagi, reward
yang mereka harapkan sangatlah sederhana, jalan-jalan ke hutan. Sesuatu yang
sudah biasa mereka lakukan. Tidak! Bukan jalan-jalan ke hutan yang mereka
inginkan. Tapi jalan-jalan dan
melewatkan waktu bersama orang kesayangan. Iya, guru kesayangan mereka.
Sepintas saya teringat ucapan rekan guru saya, Efriansyah (6)*.
“Bisa jadi, Saya belum pantas menjadi guru bagi
mereka. Tapi saya juga ingin menjadi bagian dari perjalanan mimpi mereka. Saya
hanya memiliki harapan yang sederhana. Saya tak pernah berharap menjadi orang
yang spesial di mata mereka. Saat ini, berbagi waktu bersama mereka merupakan
suatu kebahagian tersendiri...” (Efriansyah, 2015).
Bahagia itu memang sederhana. Sesederhana menyaksikan
mereka tumbuh dan berkembang menjadi insan penuh kebermanfaatan. Sesederhana
mereka memanfaatkan semua keterbatasan menjadi keajaiban, tentunya dengan
sedikit sentuhan kreativitas tangan Tuhan. Terimakasih Ya Allah, atas nikmat
pembelajaran di universitas kehidupan, pedalaman hutan Sumatera Selatan.
Footnote :
(1) Talang : Sebuah pemukiman
kecil di tengah hutan yang berjarak belasan sampai puluhan kilometer dari desa
induk. Talang setingkat dengan Rukun Tetangga (RT) dalam pemerintahan desa. Baca
selengkapnya di sini http://indonesiamengajar.org/cerita-pm/hanif-13/budak-talang-budak-balam
(2) Blok : Sebuah kompleks
pengelolaan dan pengeboran minyak bumi oleh salah satu BUMN ternama di talang
kami
(3) Kelas Galaksi Bima Sakti :
Kelas 3 SDN 10 Rambang, kelas di mana saya mengajar selama setahun pengabdian.
Anak-anaknya terdiri dari delapan siswa seperti galaksi bima sakti. Baca
selengkapnya di sini http://indonesiamengajar.org/cerita-pm/hanif-13/kelas-galaksi-bima-sakti
(4) Kijang : Nama sebuah
tebing yang indah di tempat kami, dinamakan kijang karena konon di sini banyak
terdapat populasi kijang berkeliaran.
(5) Harimau Delapan dan Harimau Tiga :
Harimau adalah kode untuk wilayah pengeboran minyak di daerah Rambang, Muara
Enim.
(6) Efriansyah : salah
satu partner guru muda yang bersemangat. Cerita lengkap tentang Efriansyah
dapat dilihat di sini : http://indonesiamengajar.org/cerita-pm/hanif-13/efriansyah-bujang-talang-penggerak-perubahan
Tulisan ini juga dimuat di https://indonesiamengajar.org/cerita-pm/hanif-13/legenda-pangeran-i-love-you
Comments
Post a Comment