Suatu sore yang cerah, kubuka happy (notebook-ku). sambil browsing riset tugas akhir, kubuka gmailku. DESAIN SIASAT, itulah nama subject email dari salah seorang yang cukup terpandang di Keluarga Mahasiswa (KM) ITS saat itu. pelan-pelan kudownload sebuah zine mini penuh sensasi. cukup berat memang bahasannya, tapi menarik. Ada salah satu konten yang cukup meraih perhatianku. (Selengkapnya bisa didownload disini)
SELAMATKAN KM!
Kisruh Pemira
2011 tak kunjung
usai. Masing-masing pihak tidak mau
mengalah. Menurut kabar yang saya dapat, semua pihak tetap
berada dalam keyakinannya masing-masing. Sehingga yang terjadi pada saat ini
adalah deadlock. Dan di hari ini, kongres LPJ-an BEM
tanpa memutuskan apakan kepengurusan
BEM sudah bisa disuksesi. Vacum of Power .
Baiklah, pertama saya
ceritakan kronologisnya berdasarkan pemahaman
yang ada di otak saya.
Hasil Pemira
sudah di-tok KPU
dengan kemenangan berada di
pihak Imron. Merujuk
pada peraturan yang berlaku, tim yang kalah, Muhlas, mencoba melakukan
banding. Ketika banding disampaikan ke KPU, uji
materi itu ditolak.
Hingga, Muhlas berserta
tim membawanya ke Mahkamah
Konstitusi Mahasiswa. Di sana, mereka menang dalam uji materi.
Apa yang diadukan mereka?
Menurut mereka, telah terjadi pelanggaran
pada distrik PENS
yaitu penyebaran sms yang isinya menyudutkan salah satu pihak (dalam hal
ini pihak yang
melapor), serta adanya pelanggaran jadwal kampanye (sms kampanye salah satu calon,
dalam hal ini pihak terlapor).
Hasilnya: MKM
memenangkan pihak Muhlas dikarenakan telah
terjadi pelanggaran asas
(mungkin tentang asas Jurdil dan Luber). Berkaca dari hasil ini, MKM memutuskan
agar dilakukan pemira ulang di distrik PENS.
KPU sebagai pelaksana
Pemira menyatakan menolak
putusan itu. KPU menganggap bahwa
putusan itu tidak berdas ar . Dan seharusnya, perkara seperti
ini bisa diberlakukan hukuman
secara personal. Yaitu, dengan menghukum pihak terkait
(yang melanggar itu) untuk
dikenakan sanksi, baik
administratif, maupun sanksi moral sebagaimana telah
diatur dal am UU Pemira
dan di-breakdown ke TAP KPU. Tapi
MKM tetap bersikukuh. "Ini pelanggaran asas".
Deadlock ini tidak bersolusi.
Semua merasa telah mentok.
Karena rasa arogansi masing-masing, KM ITS lah
yang akhirnya dirugikan. Kevakuman
ini tidaklah dapat memberikan
kebaikan. Molornya kepengurusan BEM akibat Mubes
IV seharusnya sudah menjadi
batas maksimum. Tapi mengapa harus
sampai berlarut-larut lagi?
Akhirnya rakyat KM kebingungan.
Mereka antipati sekarang! Siapapun
pemenangnya, kami tidak peduli lagi!
Ini pandangan
saya terhadap permasalahan ini. Dalam hal
ini, Muhlas memang berhak
melaporkan segala indikasi kecurangan. Tapi yang patut dipersalahkan mengapa
MKM mengeluarkan sebuah putusan yang tidak rasional sama sekali. Mereka membuat
tata perundangan baru mungkin. Mereka melihat
ini sebagai peluang mereka menggunakan
kekuasaan. Padahal seharusnya,
jikalau permasalahan ini sekedar
personal, maka yang
harus dipermasalahkan adalah personalnya.
Dan aturan itu sudah lengkap. Tak perlu ditindih lagi.
Ini bermain hukum, bukan bermain siapa yang
lebih kuat dari siapa!
KPU dilarang mematuhi fatwa
MKM karena ini jelas melanggar etika hukum. Apabila aturan
ini ditaati, maka akan ada
pelanggaran-pelanggaran
sejenis yang akan disandingkan
pada pendapat hukum yang jelas-jelas nyeleneh ini. Bila ditaati akan ada
konsiderasi hakim MKM selanjutnya untuk menganut asa yurespundensi. Artinya, putusan
yang tiada pengaturannya di dalam hukum, boleh mencatut pendapat
hakim sebelumnya pada
kasus yang sama atau nilai
lain di luar kerangka hukum letterleg.
Saya pun harus berpihak pada
kebenaran yang saya yakini. Bukan karena apapun, saya memilih keyakinan ini.
Saya tidak ada hubungannya dengan mereka dan tidak mengambil manfaat sedikitpun dari gontok-gontokan ini. Tapi sekiranya masih ada orang waras
di tubuh KM-ITS, pasti mereka akan
menyalahkan keberlarutan ini.
Juga menyalahkan
bersikukuhnya mereka pada
pendapat masing-masing.
Justru saya
akhirnya mempertanyakan efektivitas Mubes
IV. Ironisnya, kasus
ini terjadi hanya beberapa bulan
setelah Mubes itu
sendiri. Bukankah akhirnya kita
bertanya, apa hasil
dari mubes ini
sudah kompatibel dengan keadaan
dan perkembangan jaman
saat ini. Baru satu masalah,
KD/KM telah lunglai. Berarti kita perlu bertanya
akan sudah layakkah
KD/KM mengatur kehidupan Keluarga
Mahasiswa ITS?
Tapi kemudian
saya bertanya tentang kedewasaan politik para pembesar-pembesar
kampus ini. Katanya -pas kampanye- mereka akan memperjuangkan kepentingan ITS dan menyingkirkan
kepentingan golongannya masing-masing. Tapi kenyataanya? Politik kita belum
dewasa. Permusuhan kita terlalu kekanak-kanakan. Artinya, kawan
kita yang menjadi capres
BEM dan para pendukungnya sebenarnya
telah membohongi hati-hati polos dari para rakyat KM
ITS.
Janji-janji mereka kosong!
Pengakuan mereka yang
katanya mewakili suara
KM ITS, ternyata
cuma sekumpulan hipokrisi. Dulu,
mereka pernah bergandeng tangan saat
kampanye dan mengaku akan
legowo apapun hasil yang akan
diterima. Baik menjadi pemenang maupun sebaliknya. Mana? Mana? Mana?
Seharusnya sebagai
pemimpin yang baik
mesti bisa bersikap legowo. Harus
mampu melihat permasalahan ini lebih
kepada hal yang esensi. Mereka juga
harus pandai melihat kebenaran sebenarnya.
Kalau ditanyakan kepada saudara-saudara, apakah
anda setuju dengan
fatwa MKM yang semena-mena
itu? Jawablah dengan jujur!
Kalau saja
mau kita buka
semua kebobrokan Pemira ITS,
pastilah kita banyak tahu kecurangan macam apa yang dimainkan masing-masing
pihak. Sebagai contoh, kasus penggelembungan suara di beberapa kampus yang
nyata kita dapati di depan pelupuk mata kita. Kalau mau bongkar, ayo kita
bongkar semua. Tapi tolong, berikan nurani anda pada kami yang buta ini. Andalah harapan kami. Jangan campakkan kami karena ambisi anda atau
ambisi kelompok anda yang hendak memenuhi rakusnya nafsu hewani terhadap
jabatan. Meski anda bilang,
“Ini atas nama
rakyat”, tapi saya
tidak yakin, dalam tiap tidur anda, ada bayangan kami yang lemah ini,
untuk terus anda bela sampai anda bangun kembali dan berhadapan dengan dunia
nyata.
Mari kita
selamatkan KM ITS!
Siapapun yang menjadi pemenangnya.
Kami menyepakati tanpa
syarat. Biarlah ini lebih cepat menemui titik terang. Bagi yang dalam hal ini, mengalami kekalahan, sesungguhnya anda itu
tidak kalah. Sama sekali
anda tidak kalah.
Malah justru, kami menyatakan salut
luar biasa tinggi
kepada anda karena semangat dan tekad anda untuk merubah
KM ITS. Kami tetap menghormati anda sepenuh hati, sepenuh jiwa kami.
Wahai MKM, wahai KPU, wahai LM, wahai BEM, dan seluruh elemen yang mengaku pilihan rakyat KM ITS. Berpikirlah dengan kepala dingin. Pikirkan hal-hal yang menyangut kepentingan orang banyak. Bukan kepentingan sebagian sahaja, tapi menindas sebagian yang lain.
SELESAIKAN KONFLIK
PEMIRA INI SEKARANG JUGA!
LANTIK PRESIDEN BARU
SEKARANG JUGA!
SUKSESI BEM SEKARANG JUGA!
NB : Siapapun presidennya, kita tetap keluarga! Keluarga Mahasiswa ITS!
Entah itu Imron Gozali maupun Muhlas Hanif Wigananda, kalian tetaplah saudaraku!
dari kanan (Muhlas, Hanif, Imron, ibu Marwah Daud, Farid)
dari kanan (Muhlas, Hanif, Imron, ibu Marwah Daud, Farid)

nice...
ReplyDeletethank you Ojan!
Deletemakasih uda berkunjung :)
Ehemm...
ReplyDeletesemoga bisa dijadikan pembelajaran ke depannya..
Amin! semoga menjadi pembelajaran kedepan ya Champ!
Deletetq uda berkunjung :)